“dari
mengandalkan diri menuju sikap rendah hati di hadapan Allah”
Saudara-saudari terkasih, apakah kita harus bersikap
semena-mena dan menjatuhkan sesama untuk menunjukkan kewibawaan kita? Apakah kita
harus bertindak tidak adil terhadap sesama dan ditakuti karena kekuatan fisik
kita untuk menunjukan kekuatan dan kehebatan kita?
Kita tidak dapat mengendalikan roda putaran waktu. Demikian
sabda Yesus, “seorang murid tidak melebihi gurunya, dan seorang hamba tidak
melebihi tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.”
Artinya, sehebat apapun kita di dunia, kita tidak bisa melebihi Tuhan. Tuhan
lebih berkuasa atas hidup kita. Jika dunia ini bersifat sementara, maka segala
yang ada dan berasal dari dunia ini sifatnya sementara saja.
Yesus mengingatkan dan menyadarkan kita untuk tidak
mengejar hal-hal yang duniawi dan bersifat sementara. Sebaliknya hendaknya kita
menyerahkan seluruh diri kita dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Yesus
berkata, “Janganlah kalian takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi
tidak berkuasa membunuh jiwa. Tetapi takutilah Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
Dalam keseharian hidup, jika kita termasuk golongan
orang yang suka menunjukan kehebatan kita lewat menjatuhakan sesama, maka sadaralah
bahwa hanya Tuhan yang berkuasa dan belajarlah untuk rendah hati di hadapan
Tuhan. Jika kita termasuk golongan orang yang diperlakukan tidak adil, maka sadaralah
bahwa Tuhan berpihak pada orang yang kecil dan papah, dan tetaplah mengandalkan
Tuhan serta percaya, dan senantiasa menyerahkan diri kepada-Nya.
Yesus berkata, “Barangsiapa mengakui Aku di depan
manusia, dia akan Kuakui juga di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barang
siapa menyangkal Aku di depan manusia, dia akan Kusangkal di hadapan Bapa-Ku
yang di surga.” Tuhan memberkati kita sekalian, amen.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian – Pekan Biasa XIV; Sabtu, 12 Juli 2025 (Bac. I. Kej. 49:29-32; 50:15-26a; Mat. 10:24-33)"