“Barang siapa mau menyelamatkan nyawa, ia akan
kehilangan nyawa. Tetapi barang siapa yang kehilangan nyawa karena Aku, ia akan
mendapatkannya kembali.”
Saudara-saudari
terkasih, tahap tertinggi dalam kehidupan manusia menurut Abraham Maslow; seorang
psikolog Amerika Serikat ialah kebutuhan akan aktualisasi diri. Seorang ayah atau ibu mengaktualisasikan dirinya lewat merawat dan memelihara anak, serta menyekolahkannya sampai berhasil. Demikian juga seorang anak
mencapai aktualisasi dirinya ketika ia berhasil mencapai study, memperoleh
pekerjaan, dan menghidupi keluarga lewat penghasilannya. Maka secara manusiawi, kita selalu ada dalam konektivitas relasional dengan sesama.
Akan tetapi sebagai pengikut Kristus, kita sebaliknya dituntut oleh Yesus untuk mampu hidup melampaui dimensi kemanusiawian kita. Yesus berkata kepada kita, “Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya
lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Dan barang siapa mengasihi putranya
atau putrinya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Kita
boleh menggunakan segala yang ada sebagai sarana untuk kelangsungan hidup kita.
Makanan dan pakaian, perumahan dan uang, relasi dengan sesama yang membawa kenyamanan bagi diri kita, status dan jabatan sosial yang membuat kita dihargai oleh banyak orang, serta pekerjaan yang mendatangkan
penghasilan. Namun, hendaknya kita selalu menyadari bahwa semuanya itu bukanlah tujuan akhir dari peziarahan hidup kita di dunia.
Yesus
adalah tujuan hidup kita. Ia menjadi fokus dan pusat dari seluruh
keberadaan diri kita. Maka dalam perspektif kehidupan spiritual (hidup rohani), kita sebagai pengikut Kristus dipanggil
untuk mengosongkan diri. Yesus berkata, “Barang siapa mempertahankan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya, dan barang siapa kehilangan nyawanya demi Aku, ia
akan memperolehnya kembali.” Mengosongkan diri berarti kita melepaskan diri dari segala kelekatan duniawi untuk memperoleh kepenuhan hidup di dalam Kristus.
Kita
menemukan arti hidup kita bukan pada apa yang kita miliki dan kumpulkan
sebanyak-banyaknya di dunia yang fana ini. Marilah kita melakukan segala sesuatu karena Kristus dan
untuk Kristus. Yesus berkata, "Barang siapa memberi air sejuk secangkir saja
kepada salah seorang yang kecil ini, karena murid-Ku, Aku berkata kepadamu, sungguh
ia takkan kehilangan upahnya.” Upah kita ialah hidup yang kekal dan abadi bersama Kristus. Tuhan memberkati kita sekalian, amen.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian – Pekan Biasa XV; Senin, 14 Juli 2025 (Bac. I. Kel. 1:8-14,22; Bac. Injil. Mat. 10:34-11:1)"