Manusia adalah makhluk sosial. Ia selalu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan dan sesama di sekitarnya.
Dalam interaksi dan komunikasi, ia berhadapan dengan sesama yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan antar manusia ialah agama dan
kepercayaan. Kita dapat melihat dan menemukan perbedaan-perbedaan itu di dalam
lingkungan atau komunitas yang kecil misalnya, keluarga batih maupun dalam
lingkup yang lebih besar misalnya sekolah atau instansi pemerintahan.
Di dalam keluarga batih, kita dapat menemukan anggota
keluarga yang berbeda agama dan kayakinan. Seorang ayah beragama Muslim dan
seorang ibu beragama Katolik. Demikian juga pada lingkup komunitas yang lebih
besar. Misalnya di dinas perkantoran, kita dapat menemukan kepala dinas dan
jajaran anggotanya yang berbeda agama dan keyakinan. Meskipun berbeda agama:
Muslim, Katolik, Protestan dan sebagainya, namun mereka dapat bekerja bersama-sama.
Sekolah SMP YAPIS (Yayasan Pendidikan Agama Islam)
adalah salah satu sekolah di Kota Agats-Kabupaten Asmat. Selain mendidik dan
membina siswa-siswi yang beragama Muslim, Sekolah YAPIS juga terbuka bagi
siswa-siswi dari latar belakang agama dan keyakinan yang berbeda-beda. Ada
siswa-siswi Katolik dan Protestan yang bersekolah di sekolah YAPIS yang terdiri
dari anak-anak pribumi (Asmat-Papua) dan anak-anak pendatang.
Pada Kamis, 10 Juli 2025, SMP YAPIS memulai kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) bagi para siswa-siswi. Dalam kegiatan MPLS, siswa-siswi dibekali dengan salah satu sesi yang penting dan menarik yaitu “Moderasi Beragama.” Sesi ini dibawakan langsung oleh RD. Innocentius Rettobjaan (Vikjek Keuskupan Agats).
Ibu Elis, salah seorang guru Katolik di SMP YAPIS
berpendapat tentang pelaksanaan kegiatan Moderasi Beragama di sekolah SMP YAPIS. Menurutnya, kegiatan ini sangatlah penting diajarakan kepada para
siswa-siswi. Guru agama Katolik ini mengatakan, "Pemahaman tentang Moderasi
Beragama bagi siswa-siswi sangatlah berguna untuk membangun toleransi antara siswa-siswi dan
antar guru yang berbeda agama dan keyakinan. Dengan memahami makna Moderasi
Beragama, maka para-siswa-siswi dapat belajar untuk membangun persatuan dalam
perbedaan. Para siswa-siswi diharapkan dapat bergaul dan berelasi dengan
teman-temannya tanpa membeda-bedakan agama. Mereka pun dilatih untuk saling membantu, berbagi dan
menolong sesama teman meskipun berbeda agama dan keyakinan."
Semoga generasi muda khususnya generasi yang hidup
di tanah Asmat senantiasa menjadi pilar-pilar bangsa yang dapat merawat dan
melestarikan persatuan dan kesatuan, kebersamaan, dan kedamaian dalam
pluralitas agama.
Posting Komentar untuk "“Bersatu Dalam Keanekaragaman: Nilai di Balik Sesi Moderasi Beragama SMP YAPIS.” "