Bacaan I (Ulangan. 6:4-13); Bacaan Injil (Matius.
17:14-20)
“Terlambat aku
mencintai-Mu”
Saudara-saudari terkasih, relasi cinta kedua insan tidak
ada tanpa sebab. Mereka berawal dari kisah pertemuan. Namun cinta yang kokoh
lestari sepanjang zaman dialami mereka yang saling percaya. Dapatkah bangsa
Israel mencintai Allah dengan segenap hati tanpa percaya? Cinta yang tulus
hanya lahir dari percaya, dan kepercayaan yang sejati ialah mencinta.
Para murid seperti menyia-nyiakan rahmat. Tiap hari
Ia ada bersama mereka, namun mereka seperti batu yang keras. Ia berkata kepada
mereka, “Hai angkatan yang tidak percaya dan sesat, sampai kapan Aku harus
tinggal bersama kamu? Sampai kapan Aku harus sabar terhadap kamu?
Ketidakpercayaan yang mematikan jiwa raga. Hanya
karena tidak percaya, para murid seperti mati suri. Mereka tak mampu
menyembuhkan orang yang sakit ayan dan menderita. Mereka bertanya kepada Yesus,
“Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”, dan Yesus pun menjawab, “Karena
kamu kurang percaya.”
Kata Santo Agustinus, “Terlambat aku mencintai-Mu,
Tuhanku dan Allahku.” Mungkinkah kita menjadi penyalur-penyalur rahmat, tanpa
mengandalkan dan melibatkan Sang sumber rahmat? Bukan lamanya waktu, dan
jauhnya perjalanan menuju Dia. Dia hanya didekati dengan cinta yang tulus dan
kepercayaan tanpa mendua hati. Tuhan memberkati kita sekalian, amen.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian – Pekan Biasa XVIII; Sabtu, 9 Agustus 2025"