Bacaan I (Yosua. 24:14-29); Bacaan Injil (Matius. 19:13-15)
“Biarkanlah
anak-anak itu datang kepada-Ku”
Saudara-saudari terkasih, bangsa Israel berjanji
untuk setia beribadah kepada Allah dan mendengarkan sabda-Nya. Mereka berkata, “Kepada
Tuhan, Allah kita, kami akan beribadah. Dan sabda-Nya akan kami dengar.” Kitab
hukum Allah dan batu besar adalah simbol ikatan perjanjian kesetiaan bangsa
Israel dengan Allah.
Yosua berkata, “Sesungguhnya batu inilah yang akan
menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala sabda Tuhan yang
diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu, batu ini akan menjadi saksi terhadap
kalian supaya kalian jangan menyangkal Allahmu.”
Israel bergumul dengan kesetian kepada Allah, sementara Yesus menghadirkan sosok anak kecil. Ia adalah simbol kerendahan hati, harapan
dan kepercayaan. Dari hati yang congkak dan angkuh, kita belajar untuk rendah
hati, berharap, dan memasrahkan diri setotal-totalnya kepada Allah seperti anak
kecil yang selalu menaruh harapan dan kepercayaan yang total kepada orang
tuanya.
Paus Fransikus berkata, “Spes non Confundit yaitu
harapan tidak pernah mengecewakan.” Kita percaya bahwa harapan kita kepada
Allah tidak akan pernah sia-sia. Jaminan harapan kita ialah kehidupan surgawi.
Rahmat surgawi itu dianugerahkan kepada mereka yang
selalu setia menaruh harapannya kepada Allah. Yesus bersabda, “Biarkanlah
anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. Sebab
orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Tuhan memberkati
kita sekalian, amen.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian – Pekan Biasa XIX; Sabtu, 16 Agustus 2025"