Bacaan I (Bilangan. 20:1-13); Bacaan Injil (Matius.
16:13-23)
“Iman dan
Penderitaan bagaikan dua sahabat: berbeda namun tak terpisahkan”
Saudara-saudari terkasih, Musa dan Israel mengalami
kebutaan rohani. Bukan tentang penderitaan, namun karena kedangkalan
relasi dengan Allah, maka bangsa Israel berkeluh kesah. Akibat benturan
situasi, Musa dan Harun harus meminta tanda dari Allah, seolah Allah hanyalah
fatamorgana atau ilusi.
Allah bersabda kepada Musa dan Harun, “Karena kalian
tidak percaya kepada-Ku, dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan orang
Israel, maka kalian tidak akan membawa umat ini masuk ke negeri yang akan
Kuberikan kepada mereka.”
Iman dan penderitaan bagaikan dua sahabat. Iman
tidak terlepas dari penderitaan, sebaliknya penderitaan membutuhkan kekokohan
iman. Jawaban Petrus sangat tepat atas pertanyaan Yesus sehingga Yesus
menjadikannya batu karang bagi jemaat dan pemegang kunci kerajaan surga.
Petrus berkata kepada Yesus, “Engkaulah Mesias, Anak
Allah yang hidup.” Namun jawaban itu harus menukik sampai menembus batas
kemampuan manusia yaitu penderitaan. Kata-kata Yesus kepada Petrus, “Enyahlah
Iblis!” membuka kebutaan rohani Petrus dan kita yang sering takut dan suka lari dari
penderitaan.
Beriman berarti siap menderita demi Kerajaan Surga.
Yesus harus pergi ke Yerusalem, dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari ketiga. Petrus tak kuasa menghalangi-Nya. Petrus dan kita sudah seharusnya mengerti: apa artinya beriman? Tuhan memberkati kita sekalian, amen.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian – Pekan Biasa XVIII; Kamis, 7 Agustus 2025"