Dengan seluruh Jiwa dan Raganya, Maria diangkat ke Surga
Ada sebuah kisah tentang Mama Maria; seorang ibu dari Kampung
Aworket, Paroki Hati Kudus Yesus Pirimapun. Mama Maria sangat baik hati, ramah,
dan suka menolong sesama. Ia pun sangat aktif di Gereja sebagai lektor dan
pemazmur, serta aktif dalam kegiatan rohani lainnya. Ketika Mama Maria meninggal
dunia, banyak orang mendoakannya. Selain umat Katolik, ada pula umat Islam, Protestan,
Hindu, dan Budha. Mereka menghadiri Misa pemakaman Mama Maria dengan sedih dan
menangis, karena merasa kehilangan sosok yang sangat baik, rendah hati, dan bersahabat
dengan semua orang. Meski kehilangan, namun mereka yakin bahwa Mama Maria pasti
mengalami kebahagiaan surgawi, karena Tuhan mengasihi dan memilihnya.
Salah satu Dogma Gereja Katolik tentang Bunda Maria yakni
“Maria Diangkat ke Surga.” Dogma adalah kebenaran iman yang diwahyukan oleh
Allah dan ditetapkan oleh Gereja sebagai kebenaran mutlak. Pada tanggal 1
November 1950, Paus Pius XII menetapkan Dogma “Maria Diangkat ke Surga” melalui
Konstitusi Apostolik ”Munificentissimus Deus” (Allah yang sangat murah hati).
Dogma ini menyatakan kebenaran iman bahwa Bunda Maria adalah anggota Gereja
pertama yang diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Dogma ini
memberi
harapan dan keyakinan, serta memperkuat iman kita akan karya keselamatan Kristus dan kemuliaan
surgawi.
Kualitas
diri Bunda Maria patut diteladani. Penginjil Lukas (1:39-56) mengungkapkan bahwa Bunda
Maria berjalan ke pegunungan di sebuah kota di Yehuda untuk mengunjungi
Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak dalam
rahimnya dan Elisabet penuh dengan Roh Kudus. Elisabet berseru, “Diberkatilah
engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah tubuhmu. Siapakah aku
ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Lalu kata Maria: “Jiwaku
memuliakan Tuhan, hatiku bergembira karena Allah Penyelamatku. Sebab Ia telah memperhatikan aku, hamba-Nya yang hina ini. Mulai
sekarang aku
disebut yang bahagia, oleh sekalian bangsa. Sebab perbuatan
besar dikerjakan
bagiku oleh Yang Maha Kuasa, kuduslah nama-Nya. Kasih sayang-Nya turun-temurun, kepada orang yang takwa. Perkasalah perbuatan tangan-Nya,
dicerai–beraikan-Nya orang yang angkuh hatinya. Orang yang berkuasa
diturunkan-Nya dari takhta, yang hinda-dina diangkat-Nya. Orang lapar
dikenyangkan-Nya dengan kebaikan, orang kaya diusir-Nya pergi dengan tangan
kosong. Menurut janji-Nya kepada leluhur kita, Allah telah menolong Israel,
hamba-Nya. Demi kasih sayang-Nya kepada Abraham serta keturunannya, untuk
selama-lamanya.”
Bunda Maria diangkat ke surga dengan mulia karena rahmat
Allah dan keteladanan hidupnya. Kita pun bisa demikian jika kita belajar dari Bunda
Maria yaitu:
1)
Hidup Sederhana. Bunda Maria adalah wanita yang
masih muda dan lahir dari keluarga sederhana. Ia tidak malu dan minder dengan
keadaan hidupnya. Maka, marilah kita menjadi Orang Muda dan Katekis Pelajar
yang sederhana seperti Bunda Maria. Kita jangan malu dan menolak keadaan diri
dan kehidupan keluarga kita, tetapi mampu hidup sederhana.
2)
Membawa Sukacita. Pada saat Bunda Maria tiba di
rumah Elisabet, anak di dalam rahim Elisabet melonjak kegembiraan. Kita pun
harus menjadi Orang Muda dan Katekis Pelajar yang selalu membawa sukacita
kepada sesama seperti Bunda Maria. Kita harus menolong teman yang susah dan
menderita, baik di sekolah maupun di mana saja, tanpa membedakan suku, bahasa,
agama, dll.
3)
Rendah Hati. Bunda Maria memiliki harapan dan
cita-cita. Namun, Bunda Maria rendah hati dan taat kepada kehendak Allah untuk
mengandung dan melahirkan Yesus, yang akan menyelamatkan dunia. Kita pun harus
menjadi Orang Muda dan Katekis Pelajar yang rendah hati di hadapan Tuhan, Guru,
Orang Tua, dan sesama. Kita harus memberi bakat dan kemampuan kita untuk
kebaikan bersama di rumah, sekolah, gereja, dan masyarakat.
Posting Komentar untuk "KATEKESE: “BUNDA MARIA DIANGKAT KE SURGA”"