KATEKESE: “MARIA BUNDA ALLAH”


 "Aku mengagungkan Tuhan, Hatiku Bergembira karena Allah Penyelamatku"

Ada sebuah lagu inspiratif yang berjudul “Kasih Ibu kepada Beta (Saya)”. “Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.” Sungguh luar biasa kasih sayang seorang ibu. Sembilan bulan ibu mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anak dalam suka dan duka. Kasih sayang dan pengorbanan ibu seperti matahari yang menyinari dunia. Ibu selalu mencintai tanpa syarat. Ia membangunkan kita pagi-pagi untuk siap ke sekolah, menyediakan sarapan, menemani ketika kita sakit, dan memberikan nasehat serta motivasi agar kita menjadi anak yang baik dan sukses. Ibu selalu ada saat kita mengalami masalah dan selalu memberi solusi yang tepat. Kita sangat beruntung dan bersyukur memiliki ibu yang begitu luar biasa.

Dogma Maria Bunda Allah ditetapkan oleh Konsili Efesus tahun 431 dan Konsili Chalcedon tahun 451. Konsili Efesus mengajarkan tentang Bunda Allah untuk menolak ajaran sesat dari Nestorius, seorang pengkotbah terkenal dan Uskup Konstantinopel (428). Nestorius mengakui Maria sebagai ibu dari Yesus secara biologis, tetapi bukan sebagai ibu Tuhan.  Konsili Efesus menolak ajaran Nestorius dan menerima ajaran Cyrillus dari Yerusalem yang menjadikan kata-kata Elisabet dalam Lukas 1:43 sebagai dasar bahwa Yesus adalah anak Allah. Elisabet berkata, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Seruan Elisabet menegaskan kata-kata Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria, “Sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut Kudus Anak Allah” (Luk. 1:35). Yesus yang dilahirkan oleh Bunda Maria adalah satu pribadi dengan 2 (dua) kodrat yakni insani dan ilahi. Maka, Konsili menegaskan bahwa Bunda Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Yesus Putra Allah. Pada setiap tanggal 1 Januari, Gereja merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah (Theotokos/Mater Dei).

 Apa yang dapat kita pelajari dari sosok pribadi Bunda Maria dan teladan hidupnya?

1)   Kesetiaan. Ketika mendengar kabar sukacita dari Malaikat Gabriel, Bunda Maria menolak karena ia belum bersuami. Namun karena dipenuhi dengan Roh Kudus, Bunda Maria taat dan bersedia menjadi Ibu bagi Yesus Putra Allah. Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu.”

2)   Menjadi Pembawa Sukacita. Bunda Maria berjalan mengunjungi Elisabet saudaranya yang sedang mengandung. Ketika ia menyapa Elisabet dengan salamnya, anak yang di dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan. Elisabet berkata kepada Bunda Maria, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Kita belajar untuk selalu hadir dan mengunjungi sesama. Kita jangan menambah beban bagi sesama, melainkan membawa sukacita dan kedamaian hati.

3)   Rendah Hati. Marilah kita menjadi Orang Muda dan Katekis Pelajar yang rendah hati dan relah berkorban seperti Bunda Maria. Dalam hidup, kita masing sering mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban demi orang lain. Maka kita harus belajar dari Bunda Maria. Kita harus peka terhadap teman yang membutuhkan bantuan dan pertolongan, dan mendengar serta melaksanakan ajaran dan nasehat dari orang tua dan bapa ibu guru di sekolah. Mari kita menanamkan moto ini dalam hidup kita yakni, “Hanya memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.” Jalanilah hidup ini dengan sikap relah berkorban tanpa pamrih demi menggapai masa depan yang cerah.

Posting Komentar untuk "KATEKESE: “MARIA BUNDA ALLAH”"