Pada suatu senja yang indah, Hubert duduk di tepi sungai. Di seberang sungai terbentang jalan umum dan pepohonan yang rindang. Hubert berada di tengah hiruk pikuk keramaian. Ia memandang ke sekitaran. Ada orang-orang yang berolahraga santai. Mereka berjalan maupun berlari. Ada pula yang mengendarai sepeda motor, ada yang duduk sambil menikmati musik, dan ada pula orang yang mengangkut barang dengan gerobak. Di tengah keramaian, Hubert menikmati kesendiriannya. Ia duduk di atas kayu jembatan menghadap ke arah sungai. Ia menatap pepohonan, melihat burung beterbangan dan berkicau. Ada ikan-ikan yang meloncat di permukaan air.
Pikiran dan perhatian
Hubert perlahan mulai fokus. Ia menatap sebuah bangunan tokoh terdekat di area
pinggiran sungai. Ia melihat bangunan tokoh yang besar dan rumah pemilik tokoh
yang megah, indah, dan menarik. Fokus pandangan semakin lama semakin membangkitkan
pertanyaan di dalam benak Hubert. Sambil memandang bangunan tokoh dan rumah
sang pemilik tokoh yang megah, Hubert sejenak berpikir dan bertanya di dalam
hatinya, “Mengapa mereka mampu mendirikan bangunan tokoh? Mengapa mereka bisa memiliki
rumah yang megah? Mengapa mereka bisa memiliki uang dalam jumlah banyak? Dan
Mengapa mereka bisa kaya?
Pertanyaan demi pertanyaan yang muncul di benak Hubert mengarahkannnya pada bayangan akan sebuah harapan di masa depan, bagaikan putaran waktu sebagai pertanda perubahan hari. Di tengah bayang-bayang harapan yang bermunculan di benak Hubert yang seolah menyita dan mau mengalihkan perhatian, Hubert harus pulang. Tak terasa kurang lebih satu jam Hubert menghabiskan waktu untuk duduk di tepi sungai sambil merefleksikan realitas kehidupan. Hari hampir gelap, dari tepian sungai serta air sungai yang menenangkan pikiran Hubert, Hubert bergegas pulang. Hubert kembali pulang ke rumah, ia kembali kepada kenyataan hidup. Tapak demi tapak, langkah demi langkah bayang-bayang Hubert akan harapan masa depan itu pun harus melintasi jalan kenyataan hidup. Hubert kembali ke rumah. Ia berproses dari kenyataan dan pengalaman hidupnya saat ini di tengah keluarga.
Hubert menempuh 20 menit perjalanan pulang ke rumah. Rumahnya bersebelahan dengan tetangga yang lain. Lingkungan dimana Hubert tinggal terletak di pinggiran kota. Sudah sejak lahir sampai sekarang, Hubert hidup di tengah lingkungan masyarakat yang berpenghasilan sangat rendah dan tidak menentu, tidak memiliki jabatan sosial, dan hidup serba berkekurangan. Setiap keluarga berjuang untuk mempertahankan hidupnya di tengah kerasanya arus perkembangan zaman dan segala keterbatasan diri.
Posting Komentar untuk "Terinspirasi Dalam Kesunyian Batin"