Asmat
adalah salah satu daerah di tanah Papua yang memiliki kelimpahan hasil alam
seperti sagu, ikan, udang, gaharu, seni, lagu daerah, serta cerita tentang alam
dan leluhur Asmat. Daerah ini terletak di atas tanah lumpur rawa, diapit oleh
sungai dan lautan dengan keadaan hidup masyarakat yang masih kental dengan
budaya. Masyarakat masih menganut sistem atau pola hidup meramu yakni hidup
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari makanan. Di
satu sisi, masyarakat menikmati pola kebiasaan mereka, namun di sisi lain
mereka tidak bisa menghindar dan menutup diri terhadap masyarakat luar yang
hidup berdampingan dan memiliki budayanya masing-masing. Mereka menghadapi arus
perubahan zaman yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan situasi ini, mereka harus bergerak menyesuaikan diri dengan situasi
zaman dengan sebuah harapan yaitu masyarakat Asmat bisa hidup sejahtera.
Salah satu sarana penting
yang membantu masayarakat untuk siap menyikapi setiap perubahan dan
perkembangan zaman ialah akses pendidikan. Neslon Mandela, seorang mantan
presiden Afrika Selatan pernah berkata, “Pendidikan adalah senjata paling ampuh
untuk mengubah dunia.” Melalui pendidikan yang berkualitas, manusia mampu
mengatasi segala persoalan yang dihadapinya. Namun pada kenyataannya,
seringkali proses pendidikan tidak berjalan dengan baik karena sikap pesimistis
seorang pendidik terhadap medan atau kenyataan di lapangan, bahkan terhadap
orang-orang yang dididik atau dibina. Padahal mestinya seorang pendidik
menyadari bahwa medan yang sulit serta kekurangan dan keterbatasan diri setiap
peserta didik justru membutuhkan sosok atau figur tenaga pendidik yang
berkualitas. Tenaga pendidik yang berkualitas ialah mereka yang tidak mudah
mengeluh dengan kenyataan, tidak asal bekerja tanpa kualitas pribadi, tidak
mudah menyerah atau mengambil jalan pintas yaitu lepas dari tanggungjawab
mendidik anak dan mengembalikannya kepada orang tua dengan alasan apapun.
Seringkali tenaga pendidik sendiri tidak memiliki sebuah perencanaan, skema
atau konsep serta tujuan dalam proses mendidik. Dengan kata lain, seorang
pendidik hendaknya memiliki kasih kepada anak-anak didik atau binaannya. Ia
harus memandang dengan mata hati setiap peserta didik, mengenal keresahan hati
mereka, dan mengantar mereka keluar dari ketidakberdayaan diri, seperti seorang
gembala mencari domba yang hilang dan menuntun domba-dombanya yang tersesat menuju
jalan yang benar (bdk. Luk. 15:3-7).
Dalam konteks pembinaan
dan pendidikan, para guru dan pembina tidak hanya sekedar tinggal dan hidup
bersama anak-anak yang dididik. Para pendidik dan pembina harus bisa mengantar
para peserta bina untuk keluar dari kegelapan menuju terang, dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari ketertinggalan menuju kemajuan. Mungkinkah hal itu bisa?
Dengan adanya sebuah tata kelola, metode kurikulum pendidikan serta pembinaan
yang baik, disertai kualitas tenaga pendidik dan pembina, serta semangat cinta
yang tulus, maka proses pendidikan dan membina bagi peserta didik dapat sampai
pada tujuan yang diharapkan. Untuk itulah, pedoman pembinaan ini disusun
sebagai sarana panduan yang baik bagi para pendidik dan pembina. Melaluinya,
para pendidik dan pembina memiliki arah yang jelas dalam mendampingi para
peserta didik.
Posting Komentar untuk "Pemimpin Visioner di Balik Signifikansi Perubahan"