Verba Docent, Exempla Trahunt: Kata-kata mengajar, Contoh-contoh menarik


Merefleksikan Makna Rekoleksi Para Imam dan Biarawan-Biarawati Keuskupan Agats - Gustavo Gutiérrez (hidup tahun 1928) adalah seorang teolog Katolik Peru yang terkenal karena ajarannya tentang “Teologi Pembebasan.” Ia menekankan bahwa menolong sesama adalah bagian dari misi Gereja untuk membebaskan orang miskin dan tertindas. Upaya pembebasan terhadap orang miskin dan tertindas senantiasa memiliki dinamika antara lain peluang dan tantangan, serta hambatan dan kesulitan dalam pelbagai aspek kehidupan. Situasi-situasi demikian harus dipahami terutama oleh petugas pastoral dalam karya pastoralnya. Dengan kata lain, pemahaman yang holistik tentang situasi pastoral, entah segi budaya, letak geografis, sumber daya alam dan manusia, dan sebagainya sangat mendukung petugas pastoral dalam mencapai misi pembebasan terhadap orang miskin dan tertindas. 

Sebuah pepatah Latin bunyinya, “Verba Docent, Exempla Trahunt” yang artinya kata-kata mengajar, contoh-contoh menarik. Yesus pernah berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, kekuatanmu, dan akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:37-40).” Kata dan perbuatan menyatu secara harmoni dalam diri Yesus. Apa yang diajarkan oleh Yesus, itulah yang dilakukan-Nya. Ketika kaum farisi dan ahli taurat menghujat, menghakimi, dan mau melempari perempuan yang berbuat zinah dengan batu, Yesus justru bersikap murah hati. Ia berkata kepada wanita itu, “Aku tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi (Yoh. 8:11).” Yesus mengetengahkan pentingnya “kasih” dalam seluruh kehidupan manusia. Lewat kegiatan Rekoleksi, Para Imam dan Biarawan-Biarawati yang berkarya di Keuskupan Agats menimbah spirit kasih dari Yesus, Sang Gembala Utama dan belajar mengasihi seperti Yesus mengasihi. 

Dalam momen rekoleksi, para imam dan biarawan-biarawati di Keuskupan Agats mendalami 3 (tiga) poin penting, yakni 1) Harapan Allah mengundang kita untuk kembali, 2) Rekonsiliasi dan Transformasi dengan sesama dan komunitas, dan 3) Ego Vobiscum Sum. Dengan bimbingan dari RD. Martin Selitubun; imam projo Keuskupan Agats yang berkarya sebagai dosen Hukum Gereja di STFT Jayapura, para imam dan biarawan-biarawati keluar dari rutinitas dan kesibukan pekerjaan untuk bermenung selama 2 (dua) hari yaitu pada Kamis, 27 – Jumat, 28 Februari 2025. Dalam terang Tahun Yubileum 2025, para imam dan biarawan- biarawati merenungkan kasih dan kerahiman Allah yang Triniter. Allah yang penuh kerahiman dan kasih menyejarah dalam perjalanan hidup manusia. Allah adalah kasih. Dengan kasih-Nya, manusia diciptakan menurut gambar-Nya, dan dengan motovasi kasih pula diciptakan-Nya manusia. Oleh karena itu, panggilan sebagai imam dan biarawan-biarawati merupakan sebuah anugerah kasih dari Allah. Kesadaran akan anugerah kasih Allah yang disadari terus-menerus merupakan daya kekuatan yang memanggil dan menarik para imam dan biarawan-biarawati untuk senantiasa beriman dan berpaut pada Allah, serta bersyukur dan bergembira menjalani panggilan dan karya pastoralnya. 

Para imam dan biarawan-biarawati belajar untuk tidak pesimistis dengan keterbatasan diri/manusiawinya. Dalam dan melalui Yesus, para imam dan biarawan-biarawati senantiasa bertransformasi dan membaharui dirinya (rekonsiliasi) agar serupa dengan Yesus. Ia harus menjadi teladan dengan menghidupi apa yang diimani dan diajarkannya kepada umat. Ia harus mampu berjalan bersama rekan-rekan sepanggilannya dan umat, mampu hidup berkomunitas, bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak egois dan mengumpulkan harta benda untuk kenyamanan diri, melainkan lepas bebas dan senantiasa berbelarasa dengan kaum miskin. Ia harus setia dalam doa dan ekaristi, serta mampu mengampuni rekan sepanggilan maupun umatnya. Ia tidak perlu cemas yang berlebihan dengan kehidupannya, sebaliknya ia harus percaya pada Roh Kudus dan yakin bahwa Roh Kudus selalu menyertai hidupnya; Ego Vobiscum Sum (Aku senantiasa menyertai engkau).
Sebelum melaksanakan karya pewartaan-Nya, Yesus menjalani puasa selama empat puluh hari, empat puluh malam di padang gurun. Di tempat inilah, Yesus dicobai oleh Iblis sebanyak tiga kali. Meskipun dicobai, Yesus tidak dikalahkan oleh Iblis. Demikian pula dalam setiap karya pewartaan-Nya, ada saat dimana Yesus mengambil jarak dari keramaian dan mengambil waktu untuk berinteraksi dengan Bapa-Nya. Doa, puasa dan keheningan merupakan sarana bagi Yesus untuk mempererat relasi personal-Nya dengan Bapa dan senantiasa bersatu dengan Bapa yang mengutus-Nya ke dunia. Maka, masuklah dalam keheningan dan dengarkanlah Roh Kudus berbicara di dalam hatimu, karena Ia akan mengajarimu bagaimana caranya kamu berdoa dan bertindak dengan benar dalam hidupmu. Dengan demikian, kata-katamu mengajari, dan contoh hidupmu menarik banyak orang untuk mengenal, mencintai, dan mengikuti Kristus yang sungguh hidup di dalam dirimu; Verba Docent, Exempla Trahunt.

Posting Komentar untuk "Verba Docent, Exempla Trahunt: Kata-kata mengajar, Contoh-contoh menarik"