KATEKESE: “MARIA BUNDA ALLAH” (Oleh: Tim Komkat Keuskupan Agats)

 


1.    Sosok Seorang Ibu

Marilah kita bernyanyi lagu: Kasih Ibu kepada Beta (Saya)

“Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.”

Setelah mendengarkan lagu “Kasih Ibu kepada Beta (Saya)”, saya tertarik dengan kata-kata “hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.” Sungguh luar biasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Sembilan bulan ibu mengandung anaknya, setelah itu dengan penuh perjuangan ia melahirkan, lalu merawat, memelihara, mendidik dalam suka dan duka. Kasih sayang serta pengorbanan ibu, digambarkan seperti matahari menyinari dunia. Coba kita renungkan kalau tidak ada ibu dalam kehidupanku ini? Hidup ini terasa hampa.

Ibu adalah orang yang paling penting dalam hidup kita. Ibu selalu ada untukku, mendukungku, dan mencintaiku tanpa syarat. Ibu yang selalu membangunkan aku pagi-pagi untuk bersiap ke sekolah, yang selalu membuat sarapan untukku, dan selalu menemaniku ketika aku sakit. Ibu juga yang selalu memberikan nasehat dan memotivasiku agar menjadi anak yang baik dan sukses. Ibu yang selalu mendengarkan aku ketika aku memiliki masalah dan yang selalu memberikan solusi yang tepat. Tanpa ibu, aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Ibu adalah sumber kekuatan dan inspirasi bagi aku. Aku sangat beruntung memiliki ibu yang begitu luar biasa. Ibu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembentukkan karakter anak-anaknya. Ibu membantu anak-anaknya mengembangkan nilai-nilai moral, etika, dan spiritual yang baik. Ibu juga membantu anak-anaknya menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan bertanggungjawab. Kasih sayang dan perhatian ibu adalah hal yang sangat berharga bagi anak-anakanya. Oleh karena itu, kita harus menghargai dan menghormati peran ibu dalam kehidupan kita.

 

2.    Ajaran Gereja tentang Maria Bunda Allah (Dogma Theotokos, Mater Dei)

Dogma Maria Bunda Allah dinyatakan melalui Konsili Efesus (431) dan Konsili IV Chalcedon (451). Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut. Tetapi tidak berarti bahwa sebelum tahun 431 Maria belum disebut sebagai Bunda Allah. Bahwasanya Gereja baru menobatkan Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru, itu sebenarnya sudah mengakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan Theotokos tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesan dari Nestorius, seorang pengkhotbah terkenal dan sebagai Uskup Konstantinopel (428). Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus tetapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan. Sebab menurutnya, yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia.

Dalam Konsili Efesus ajaran Nestorius ditolak, sebaliknya ajaran Cyrillus dari Yerusalem diterima. Ia menyatakan Gereja menjadi konteks Luk. 1:43 sebagai dasar, yang berisi kata-kata Elisabet ketika menyebut Maria, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Seruan Elisabet menegaskan kata-kata Malaikat kepada Maria, “Sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut Kudus Anak Allah” (Luk. 1:35). Yang dilahirkan Maria adalah manusia yang bernama Yesus. Tetapi manusia Yesus itu juga memiliki kodrat ilahi yang mengalir dari Allah Bapa. Yesus adalah Anak Allah. Oleh sebab itu Maria bukan hanya bunda Yesus, tetapi juga Bunda Allah.

Gelar Maria sebagai Bunda Allah mengungkapkan kodrat Yesus Kristus sebagaimana diajarkan dalam dogma Kristologi yaitu bahwa Yesus itu satu pribadi tetapi memiliki dua kodrat yaitu insani dan ilahi. Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Yesus Putra Allah. Hari Raya Maria Bunda Allah (Theotokos, Mater Dei) dirayakan setiap tanggal 1 Januari. Gereja merayakannya dengan perayaan liturgi, bukan untuk merayakan Tahun Baru Masehi, tetapi Hari Raya Maria Bunda Allah.

 

3.    Dasar Biblis

Pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus (Luk. 1:26-38)

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika Malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu? Kata Malaikat itu kepadanya, “Jangan taku, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada Malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab Malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu Malaikat itu meninggalkan dia.

 

Maria dan Elisabet (Lukas 1:39-45)

Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakaria dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai ke telingaku, anak yang ada di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

 

4.    Relevansi dan Makna Ajaran Gereja tentang Maria Bunda Allah dalam kehidupan para pelajar

“Kasih ibu sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai Sang Surya menyinari dunia.” Ibu adalah orang yang paling penting dalam hidupku. Ibu selalu ada untukku, mendukungku, dan mencintaiku tanpa syarat. Begitu pentingnya peran seorang ibu dalam kehidupan seorang anak. Tanpa ibu, seorang anak tak mungkin berada di dunia ini. Ibu selalu memberi kepada anak-anaknya tanpa menuntut balas. Demikian pula Bunda Maria adalah seorang ibu yang mengandung dan melahirkan Yesus Putra Allah. Bunda Maria adalah seorang gadis sederhana yang tinggal di Nazaret dan hidupnya berkenan kepada Allah. Maka berdasarkan Injil Lukas 1:26-38, dikisahkan bahwa Malaikat Gabriel datang dan menyampaikan kabar sukacita kepada Maria yakni, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.

Sikap Bunda Maria ketika mendengar kabar sukacita itu, ia menolak karena ia belum bersuami. Namun karena Bunda Maria dipenuhi dengan Roh Kudus akhirnya ia bersedia menjadi Ibu bagi Yesus Putra Allah dengan menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Bunda Maria pun mengunjungi Elisabet saudaranya yang sedang mengandung. Ketika ia menyapa Elisabet dengan salamnya, anak yang di dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan. Elisabet berkata kepada Bunda Maria, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Berdasarkan kutipan kedua teks Kitab Suci ini, maka Gereja menetapkan Maria sebagai Bunda Allah.

Bunda Maria adalah satu-satunya perempuan yang dipilih Allah untuk menjadi Bunda Allah yakni dengan mengandung dan melahirkan Yesus yang adalah Putra Allah. Betapa pentingnya Bunda Maria dalam karya keselamatan Allah bagi manusia. Bunda Maria relah mengandung tanpa suami, dengan merendahkan dirinya di hadapan Allah sebagai seorang “hamba.” Yang dilahirkan Maria adalah manusia yang bernama Yesus. Tetapi manusia Yesus ini juga memiliki kodrat ilahi yang mengalir dari Allah Bapa. Yesus adalah Anak Allah. Oleh sebab itu Maria bukan hanya bunda Yesus, tetapi juga Bunda Allah.

Gelar Maria sebagai Bunda Allah mengungkapkan kodrat Yesus Kristus sebagaimana diajarkan dalam dogma Kristologi yaitu bahwa Yesus itu satu pribadi tetapi memiliki dua kodrat yaitu insani dan ilahi. Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Yesus Putra Allah. Hari Raya Maria Bunda Allah (Theotokos, Mater Dei) dirayakan setiap tanggal 1 Januari. Gereja merayakannya dengan perayaan liturgi, bukan untuk merayakan Tahun Baru Masehi, tetapi merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah.Sebagai pelajar, marilah kita mencontohi teladan hidup Bunda Maria hingga disebut Bunda Allah. Sikap yang dapat kita teladani dari Bunda Maria adalah rendah hati di hadapan Allah dan relah berkorban. Ktia kaum remaja SMP dan SMA masih memiliki sikap hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban demi orang lain. Oleh sebab itu kita harus belajar dari Bunda Maria sebagai Bunda Allah untuk peka terhadap teman yang membutuhkan bantuan dan pertolongan, mau mendengar serta melaksanakan ajaran dan nasehat dari orang tua serta bapa ibu guru di sekolah. Mari kita menanam moto ini dalam hidup kita yakni, “Hanya member tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. Rela berkorban tanpa pamrih demi menggapai masa depan yang cerah.”

Posting Komentar untuk "KATEKESE: “MARIA BUNDA ALLAH” (Oleh: Tim Komkat Keuskupan Agats)"